Tugas Kajian
Puisi
Disusun oleh:
Ledi Nopi yanti
(15110227)
Dosen
pengampuh : Drs. Tigor Sitohang, Mpd
PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HKBP
NOMMENSEN
MEDAN
2017
Kata Pengantar
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena masih memberikan waktu serta kesempatan untuk mengerjakan tugas
ini sehingga tugas ini dapat saya kumpulkan kepada dosen yang memberi perintah
dengan tepat waktu.
Dalam makalah sederhana ini saya selaku penulis
memaparkan sedikit mengenai teori Ingarden serta analisis puisi yang saya pilih
yaitu puisi “aku ingin” karya Sapardi Djoko Damono. Mata kuliah kajian puisi
ini memberikan pengalaman yang bagus kepada saya pribadi karena dapat
memampukan saya menganalisis puisi tersebut dengan kemampuan saya yang terbatas
sehingga saya dapat mencoba lagi menganalisis puisi yang lain untuk
meningkatkan kemampuan saya. Oleh karena itu saya ucapkan terimakasih kepada
bapak Tigor Sihotang atas tugas yang telah di berikannya.
Saya mengakui bahwa makalah ini adalah makalah
pertama saya dalam menganalisis puisi, oleh sebab itu pasti banyak kesalahan
atau kerancuan dalam setiap kata, kalimat ataupun paragraf jadi saya selaku
penulis meminta maaf atas kekurangan saya dan saya mohon sempatkan memberikan
kritik dan saran agar saya dapat mengetahui letak kesalahan saya dan mencoba
memperbaikinya. Demikian saja yang dapat saya sampaikkan sekali lagi saya mohon
maaf dan terimakasih atas kesediaan pembaca membacanya.
BAB 1
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Karya sastra merupakan karya dengan media bahasa, yang
mengandung nilai estetika, berguna dan menyenangkan, serta bersifat imajinatif.
Sastra terbagi menjadi tiga, yakni ilmu sastra, sejarah sastra, dan kritik
sastra. Ilmu sastra berisi mengenai manfaat, hakikat, serta genre sastra.
Sejarah sastra meliputi periodisasi, waktu dimulainya karya sastra, serta
wacana atau gagasan yang pernah muncul, dan sebagainya. Kritik sastra meliputi
tahap penafsiran (interpretative), pembahasan (analysis),
kemudian tahap penilaian (evaluatif).
Genre sastra terdiri atas prosa, puisi, dan drama.
Prosa merupakan jenis tulisan yang digunakan untuk menyatakan fakta atau ide,
sedangkan puisi merupakan seni tulis dengan menggunakan bahasa sebagai penambah
kualitas estetiknya. Drama sendiri berarti karya sastra yang memiliki
kemungkinan atau potensi untuk menjadi sebuah pertunjukan karena di dalamnya
terdapat dialog-dialog dari tokoh.
Karya sastra itu terdiri atas susunan struktur,
sehingga puisi merupakan struktur yang tersusun dari berbagai macam unsur dan
sarana-sarana kepuitisan. Puisi (sajak) merupakan sebuah struktur yang
kompleks, maka untuk memahaminya perlu dianalisis sehingga dapat diketahui
bagian-bagian serta jalinannya secara nyata (Pradopo, :14).
Menurut Subagio Sastrowardjoyo,
puisi adalah inti pernyataan sastra. Demikian menurut sejarah dan hakekatnya.
Menurut sejarahnya, pernyataan sastra pada semua bahasa dimulai dari puisi,
bahkan pada mula masa perkembangan itu, satu-satunya pernyataan sastra yang
dipandang kesusastraan adalah puisi. Menurut hakekatnya ciri khas kesusastraan
berpusat pada puisi. Di dalam puisi mengental dan terhimpun segala unsur yang
menentukan hakikat kesusastraan. Di dalam puisi ada konsentrasi unsur pembentuk
sastra, yang tidak dapat sepenuhnya dicapai prosa.
Karya sastra tidak hanya merupakan
satu sistem norma, melainkan terdiri dari beberapa strata (lapis) norma. Rene
Welek mengemukakan analisis Roman Ingarden, seorang filsuf Polandia, di dalam
bukunya Das Literarische kunstwerk(1931) ia menganalisis
norma-norma menjadi lapis norma yang pertama lapis bunyi, lapis norma yang
kedua lapis arti, lapis norma yang ketiga lapis latar, pelaku, objek-objek yang
dikemukakan dan dunia pengarang, lapis norma keempat lapis dunia yang implisit,
dan lapis norma kelima lapis metafisis. Analisis strata norma ini cocok untuk
pemula karena merupakan analisis formal saja. Ingarden tidak mengemukakan nilai
puisi yang dianalisis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian puisi menurut
para ahlli!
2. Analisis lah lapis norma menurut
Roman Ingarden pada puisi “aku ingin” karya Sapardi Djoko Domono
1.3 Tujuan Makalah
1. Menjelaskan beberapa pengertian
puisi menurut para ahli.
2. Mendeskripsikan lapis norma
Ingarden pada puisi “aku ingin” karya Sapardi Djoko Domono
BAB 2
Landasan Teoritis
2.1 pengertian puisi
Puisi adalah struktur yang tersusun
dari bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan. Sebagai salah satu
genre sastra, puisi memiliki kekhasan tersendiri yakni penggunaan bahasanya
yang tidak seperti bahasa percakapan sehari-hari (bahasa tingkat satu), namun
menggunakan bahasa tingkat dua (konotatif).
Banyak sekali pengertian puisi yang
didefinisikan oleh para ahli, seperti menurut Arthur Asa Berger dalam bukunya
“Pengantar Semiotika: Tanda-tanda dalam Kebudayaan Kontemporer” mengungkapkan
bahwa puisi merupakan susunan dalam bentuk yang lebih khusus, setiap baris
puisi biasanya diberi identitasnya sendiri-sendiri (Berger, 2010: 121). Jika
kita membaca buku dan melihat sebuah tulisan dengan tata letak yang berbeda,
kita akan langsung menyebutnya puisi, karena ini adalah ciri khas puisi.
Penulisan puisi tidak akan ditulis rata seperti prosa pada umumnya. Dalam hal
ini, Berger memberikan contoh sebuah puisi yang berjudul “Frisbee”.
Berger mengatakan bahwa puisi
sebagai suatu tanda, karena seni penyusunan huruf dalam puisi merupakan tanda
bagi para pembaca untuk mengenalinya sebagai puisi. Tanpa membaca isinya atau
gaya bahasanya, pembaca sudah mengetahui bahwa itu merupakan puisi, dilihat
dari bentuknya.
Menurut Rachmat Joko Pradopo, puisi
merupakan sebuah karya seni sastra yang dapat dikaji dari bermacam-macam
aspeknya (Pradopo, 2012: 3). Puisi dapat dikaji dari berbagai bermacam-macam
aspek karena puisi terdiri atas struktur yang kompleks dan sarana-sarana
kepuitisan. Karena itu, puisi dapat dikaji dari segi jenis-jenis puisinya,
keanekaragamannya, serta sejarahnya.
2.2 Teori Lapis Roman Ingarden
Yang pertama, adalah analisis lapis bunyi. Sajak tersebut berupa satuan- satuan
suara yang meliputi suara suku kata, suara kata, suara frase hingga suara
kalimat. Jadi lapis bunyi dalam sajak itu ialah semua satuan bunyi
berdasarkan suatu konvensi bahasa tertentu, dalam sajak ini adalah bahasa Indonesia.
Pada analisis bunyi, haruslah ditujukan pada bunyi-bunyi atau pola bunyi yang
bersifat istimewa atau khusus, yaitu yang dipergunakan untuk mendapatkan efek
puitis atau nilai seni. Lapis bunyi
(sound stratum) merupakan lapis pertama dalam karya sastra. Lapis bunyi
digambarkan saat kita mendengarkan seseorang untuk membaca puisi. Hal yang
didengar oleh kita adalah rangkaian bunyi yang dapat dibatasi oleh penjedaan,
nada panjang atau pendek. Semua satuan bunyi dan kesesuaian bunyi yang
diucapkan sesuai dengan konvensi bahasa tertentu (dalam hal ini bahasa
Indonesia) yang disusun sedemikian rupa, sehingga menimbulkan arti merupakan
hal yang terdapat dalam lapis bunyi.
Yang kedua, adalah analisis lapis arti. Lapis arti (units of meaning) merupakan gabungan dari satuan yang
terkecil hingga yang terbesar yang bergabung menjadi sebuah cerita. Satuan terkecil berupa fonem. Satuan fonem
berupa suku kata dan kata. Kata bergabung menjadi kelompok kata, kalimat,
alinea, bait, bab, dan seluruh cerita. Itu semua merupakan satuan arti.
Sedangkan lapis arti terbagi dalam kosa kata, citraan, dan sarana retorika.
Tiap fonem dalam puisi memiliki arti. Fonem berkembang menjadi kata, kata
menjadi frase, kemudian menjadi kalimat hingga membentuk sebuah bait yang
memiliki arti.
Yang ketiga, adalah analisis objek-objek yang dikemukakan, latar, pelaku dan dunia
pengarang. Cerita atau dunia yang diciptakan oleh imajinasi pengarang.
Yang keempat, adalah analisis
lapis dunia yang implisit. Yaitu dunia yang dipandang dari sudut pandang
tertentu misalnya dipandang dari objek-objek yang dikemukakan
Yang kelima, adalah analisis lapis metafisika. Lapis ini berupa pandangan hidup
atau filsafat yang terdapat di dalamnya. Dalam ilmu filsafat, metafisis adalah
abstraksi yang menangkap unsur-unsur hakiki dengan menyampingkan unsur-unsur
lain. Sementara dalam karya sastra, metafisis merupakan lapis terakhir dalam
strata norma yang dapat memberikan kontemplasi di dalam karya sastra yang
dikaji.
BAB 3
Pembahasan
3.1 analisis puisi “aku ingin”
Aku ingin
Karya: Sapardi Djoko Domono
Aku ingin mencintaimu
dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu
dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
1. Lapis Suara
Dalam puisi “aku ingin” karya Sapardi Djoko Domono
ini, lapis bunyi yang digunakan adalah aliterasi dan asonansi. Aliterasi
merupakan pengulangan bunyi konsonan dari kata-kata yang berurutan untuk
mendapatkan efek kesedapan bunyi, sedangkan asonansi merupakan perulangan bunyi
vokal dalam deretan kata. Aliterasi yang digunakan adalah bunyi konsonan m, d,
s, k sedangkan asonansi yang digunakan adalah bunyi vokal a dan i.
Penggunaan bunyi konsonan m, d, dan s terdapat dalam
baris pertama dalam bait pertama dan kedua yaitu yang menyatakan bunyi seperti
ini “mencintai mu dengan sederhana”. Lalu pada baris kedua pada bait pertama
dan kedua terdapat kata “dengan”. Dan yang terakhir pada baris ketiga dalam
bait pertama dan kedua terdapat kata “kepada”.
Penggunaan vokal a dan i terdapat pada baris pertama
dalam bait pertama dan kedua yaitu berisi “aku ingin”.
2. Lapis arti
Lapis arti (units of meaning) merupakan gabungan
dari satuan yang terkecil hingga yang terbesar yang bergabung menjadi sebuah
cerita. Dalam bait pertama puisi “aku ingin” karya Sapardi ini berisi mengenai tokoh
aku yang sangat mencintai seseorang namun hanya dapat menunjukkannya secara
sederhana, tidak berlebihan dan berseluk beluk. Aku-Lirik ingin mencintai sesorang
dengan cara yang tidak berlebihan, sedang dan secara tulus, apa adanya dan
hanya untuk seseorang yang ia cintai.
Bait kedua berisi mengenai Dengan kata yang tak
sempat diucapkan Kayu kepada api yang menjadikanya abu. Kata-kata ini
memunculkan pengertian bahwa ‘Aku-lirik’ tidak sempat mungungkapkan perasaan
cintanya kepada orang yang ia cintai. Hal ini diperjelas dengan kata kayu yang
telah menjadi abu. Begitu juga dengan bait berikutnya = Dengan isyarat yang tak
sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada. Bait ini
mempunyai pengertian hampir sama dengan yang diatas. Yaitu tentang
keterlambatan seseorang dalam mengungkapkan isi hatinya kepada orang yang ia
cinta.
Kata-kata yang digunakan Sapardi Djoko Damono dalam
puisi ini sederhana, tapi maknanya sangat dalam, dari beberapa kata yang
menjadikan keyy wort adalah kata Aku ingin mencintai kamu dengan sederhana.
3. Lapis dunia pengarang
Lapis ketiga berisi mengenai objek-objek yang
dikemukakan dalam puisi, pelaku, latar, dan dunia pengarang. Objek-objek yang
dikemukakan dalam puisi “aku ingin” karya Sapardi ini adalah awan dan hujan.
Pelaku atau tokohnya adalah aku dan mu (kamu). Dunia pengarang adalah
ceritanya, yang merupakan dunia yang diciptakan oleh si pengarang (Pradopo,
2012: 18). Dunia pengarang dalam puisi
ini adalah kata “mencintai” karena kata tersebut merupakan kata kerja sehingga
terciptalah puisi tersebut.
4. Lapis dunia implisit
Dalam puisi “aku ingin” karya
sapardi ini terdapat kata “dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada
api yang menjadikannya abu” pada bait yang pertama memiliki makna implisit
bahwa tokoh aku tidak sempat mengucapkan rasa cintanya sehingga cintanya sudah
seperti abu karena tidak dinyatakan secepat mungkin.
Pada bait ke dua terdapat “dengan
isyarat yang tak sempat disampaikan hujan kepada awan yang menjadikannya tiada”
memiliki makna implisit bahwa tokoh aku terlambat menyampaikan rasa cintanya.
5. Lapis Metatesis
Dalam puisi “aku ingin” karya sapardi ini
menceritakan tentang pelaku pada tokoh aku yang mencintai seseorang namun tidak
dapat mengucapkan ataupun menyampaikan rasa cintanya kepada seseorang tersebut.
Dalam puisi tersebut jika dilihat dari kata “yang menjadikannya abu” dan “yang
menjadikannya tiada” merupakan gambaran bahwa orang yang dicintai oleh tokoh
aku telah menjadi milik orang lain.
BAB 4
Penutup
4.1 Kesimpulan
Puisi merupakan suatu karya sastra dan telah menjadi
media bagi seluruh masyarakat untuk menumpahkan dan mencurahkan perasaan, serta
pikiran yang ada di hati mereka. Puisi dapat atau sering digunakan untuk
menyampaikan atau berkomunikasi lewat media tulis untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
Dalam puisi Aku ingin karya sapardi ini dapat di
simpulkan bahwa Kata-kata yang digunakan Sapardi Djoko Damono dalam puisi ini
sederhana, tapi maknanya sangat dalam, dari beberapa kata yang menjadikan keyy
wort adalah kata Aku ingin mencintai kamu dengan sederhana.
4.2 Saran
Untuk menganalisis suatu puisi bagi
para pembaca diharapkan membaca tidak hanya satu buku saja mengenai teori Roman
ingarden ini di karenakan untuk memperkuat hasil dari analisi yang di kita
buat.
Daftar
Pustaka
Djoko Pradopo, Rahmat. 2012. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Tarigan, Henry Guntur.
1993. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra.
Bandung: Angkasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar