Selasa, 28 Februari 2017

contoh analisis puisi dengan teori Roman Ingarden


Tugas Kajian Puisi
Disusun oleh:
Ledi Nopi yanti (15110227)
Dosen pengampuh : Drs. Tigor Sitohang, Mpd


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2017





Kata Pengantar

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena masih memberikan waktu serta kesempatan untuk mengerjakan tugas ini sehingga tugas ini dapat saya kumpulkan kepada dosen yang memberi perintah dengan tepat waktu.
Dalam makalah sederhana ini saya selaku penulis memaparkan sedikit mengenai teori Ingarden serta analisis puisi yang saya pilih yaitu puisi “aku ingin” karya Sapardi Djoko Damono. Mata kuliah kajian puisi ini memberikan pengalaman yang bagus kepada saya pribadi karena dapat memampukan saya menganalisis puisi tersebut dengan kemampuan saya yang terbatas sehingga saya dapat mencoba lagi menganalisis puisi yang lain untuk meningkatkan kemampuan saya. Oleh karena itu saya ucapkan terimakasih kepada bapak Tigor Sihotang atas tugas yang telah di berikannya.
Saya mengakui bahwa makalah ini adalah makalah pertama saya dalam menganalisis puisi, oleh sebab itu pasti banyak kesalahan atau kerancuan dalam setiap kata, kalimat ataupun paragraf jadi saya selaku penulis meminta maaf atas kekurangan saya dan saya mohon sempatkan memberikan kritik dan saran agar saya dapat mengetahui letak kesalahan saya dan mencoba memperbaikinya. Demikian saja yang dapat saya sampaikkan sekali lagi saya mohon maaf dan terimakasih atas kesediaan pembaca membacanya.











BAB 1
Pendahuluan
1.1  Latar Belakang
Karya sastra merupakan karya dengan media bahasa, yang mengandung nilai estetika, berguna dan menyenangkan, serta bersifat imajinatif. Sastra terbagi menjadi tiga, yakni ilmu sastra, sejarah sastra, dan kritik sastra. Ilmu sastra berisi mengenai manfaat, hakikat, serta genre sastra. Sejarah sastra meliputi periodisasi, waktu dimulainya karya sastra, serta wacana atau gagasan yang pernah muncul, dan sebagainya. Kritik sastra meliputi tahap penafsiran (interpretative), pembahasan (analysis), kemudian tahap penilaian (evaluatif).
Genre sastra terdiri atas prosa, puisi, dan drama. Prosa merupakan jenis tulisan yang digunakan untuk menyatakan fakta atau ide, sedangkan puisi merupakan seni tulis dengan menggunakan bahasa sebagai penambah kualitas estetiknya. Drama sendiri berarti karya sastra yang memiliki kemungkinan atau potensi untuk menjadi sebuah pertunjukan karena di dalamnya terdapat dialog-dialog dari tokoh.
Karya sastra itu terdiri atas susunan struktur, sehingga puisi merupakan struktur yang tersusun dari berbagai macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan. Puisi (sajak) merupakan sebuah struktur yang kompleks, maka untuk memahaminya perlu dianalisis sehingga dapat diketahui bagian-bagian serta jalinannya secara nyata (Pradopo, :14).
Menurut Subagio Sastrowardjoyo, puisi adalah inti pernyataan sastra. Demikian menurut sejarah dan hakekatnya. Menurut sejarahnya, pernyataan sastra pada semua bahasa dimulai dari puisi, bahkan pada mula masa perkembangan itu, satu-satunya pernyataan sastra yang dipandang kesusastraan adalah puisi. Menurut hakekatnya ciri khas kesusastraan berpusat pada puisi. Di dalam puisi mengental dan terhimpun segala unsur yang menentukan hakikat kesusastraan. Di dalam puisi ada konsentrasi unsur pembentuk sastra, yang tidak dapat sepenuhnya dicapai prosa.
Karya sastra tidak hanya merupakan satu sistem norma, melainkan terdiri dari beberapa strata (lapis) norma. Rene Welek mengemukakan analisis Roman Ingarden, seorang filsuf Polandia, di dalam bukunya Das Literarische kunstwerk(1931) ia menganalisis norma-norma menjadi lapis norma yang pertama lapis bunyi, lapis norma yang kedua lapis arti, lapis norma yang ketiga lapis latar, pelaku, objek-objek yang dikemukakan dan dunia pengarang, lapis norma keempat lapis dunia yang implisit, dan lapis norma kelima lapis metafisis. Analisis strata norma ini cocok untuk pemula karena merupakan analisis formal saja. Ingarden tidak mengemukakan nilai puisi yang dianalisis.

1.2  Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian puisi menurut para ahlli!
2. Analisis lah lapis norma menurut Roman Ingarden pada puisi “aku ingin” karya Sapardi Djoko Domono
1.3  Tujuan Makalah
1. Menjelaskan beberapa pengertian puisi menurut para ahli.
2. Mendeskripsikan lapis norma Ingarden pada puisi “aku ingin” karya Sapardi Djoko Domono



BAB 2
Landasan Teoritis
2.1 pengertian puisi
      Puisi adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan. Sebagai salah satu genre sastra, puisi memiliki kekhasan tersendiri yakni penggunaan bahasanya yang tidak seperti bahasa percakapan sehari-hari (bahasa tingkat satu), namun menggunakan bahasa tingkat dua (konotatif).
Banyak sekali pengertian puisi yang didefinisikan oleh para ahli, seperti menurut Arthur Asa Berger dalam bukunya “Pengantar Semiotika: Tanda-tanda dalam Kebudayaan Kontemporer” mengungkapkan bahwa puisi merupakan susunan dalam bentuk yang lebih khusus, setiap baris puisi biasanya diberi identitasnya sendiri-sendiri (Berger, 2010: 121). Jika kita membaca buku dan melihat sebuah tulisan dengan tata letak yang berbeda, kita akan langsung menyebutnya puisi, karena ini adalah ciri khas puisi. Penulisan puisi tidak akan ditulis rata seperti prosa pada umumnya. Dalam hal ini, Berger memberikan contoh sebuah puisi yang berjudul “Frisbee”.
Berger mengatakan bahwa puisi sebagai suatu tanda, karena seni penyusunan huruf dalam puisi merupakan tanda bagi para pembaca untuk mengenalinya sebagai puisi. Tanpa membaca isinya atau gaya bahasanya, pembaca sudah mengetahui bahwa itu merupakan puisi, dilihat dari bentuknya.
Menurut Rachmat Joko Pradopo, puisi merupakan sebuah karya seni sastra yang dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya (Pradopo, 2012: 3). Puisi dapat dikaji dari berbagai bermacam-macam aspek karena puisi terdiri atas struktur yang kompleks dan sarana-sarana kepuitisan. Karena itu, puisi dapat dikaji dari segi jenis-jenis puisinya, keanekaragamannya, serta sejarahnya.

2.2 Teori Lapis Roman Ingarden

      Yang pertama, adalah analisis lapis bunyi. Sajak tersebut berupa satuan- satuan suara yang meliputi suara suku kata, suara kata, suara frase hingga suara kalimat. Jadi lapis bunyi dalam sajak itu ialah semua satuan bunyi  berdasarkan suatu konvensi bahasa tertentu, dalam sajak ini adalah bahasa Indonesia. Pada analisis bunyi, haruslah ditujukan pada bunyi-bunyi atau pola bunyi yang bersifat istimewa atau khusus, yaitu yang dipergunakan untuk mendapatkan efek puitis atau nilai seni. Lapis bunyi (sound stratum) merupakan lapis pertama dalam karya sastra. Lapis bunyi digambarkan saat kita mendengarkan seseorang untuk membaca puisi. Hal yang didengar oleh kita adalah rangkaian bunyi yang dapat dibatasi oleh penjedaan, nada panjang atau pendek. Semua satuan bunyi dan kesesuaian bunyi yang diucapkan sesuai dengan konvensi bahasa tertentu (dalam hal ini bahasa Indonesia) yang disusun sedemikian rupa, sehingga menimbulkan arti merupakan hal yang terdapat dalam lapis bunyi.
Yang kedua, adalah analisis lapis arti. Lapis arti (units of meaning) merupakan gabungan dari satuan yang terkecil hingga yang terbesar yang bergabung menjadi sebuah cerita.  Satuan terkecil berupa fonem. Satuan fonem berupa suku kata dan kata. Kata bergabung menjadi kelompok kata, kalimat, alinea, bait, bab, dan seluruh cerita. Itu semua merupakan satuan arti. Sedangkan lapis arti terbagi dalam kosa kata, citraan, dan sarana retorika. Tiap fonem dalam puisi memiliki arti. Fonem berkembang menjadi kata, kata menjadi frase, kemudian menjadi kalimat hingga membentuk sebuah bait yang memiliki arti.
Yang ketiga, adalah analisis objek-objek yang dikemukakan, latar, pelaku dan dunia pengarang. Cerita atau dunia yang diciptakan oleh imajinasi pengarang.
 Yang keempat, adalah analisis lapis dunia yang implisit. Yaitu dunia yang dipandang dari sudut pandang tertentu misalnya dipandang dari objek-objek yang dikemukakan
Yang kelima, adalah analisis lapis metafisika. Lapis ini berupa pandangan hidup atau filsafat yang terdapat di dalamnya. Dalam ilmu filsafat, metafisis adalah abstraksi yang menangkap unsur-unsur hakiki dengan menyampingkan unsur-unsur lain. Sementara dalam karya sastra, metafisis merupakan lapis terakhir dalam strata norma yang dapat memberikan kontemplasi di dalam karya sastra yang dikaji.

BAB 3
Pembahasan

3.1 analisis puisi “aku ingin”
Aku ingin
Karya: Sapardi Djoko Domono

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada



1.      Lapis Suara
Dalam puisi “aku ingin” karya Sapardi Djoko Domono ini, lapis bunyi yang digunakan adalah aliterasi dan asonansi. Aliterasi merupakan pengulangan bunyi konsonan dari kata-kata yang berurutan untuk mendapatkan efek kesedapan bunyi, sedangkan asonansi merupakan perulangan bunyi vokal dalam deretan kata. Aliterasi yang digunakan adalah bunyi konsonan m, d, s, k sedangkan asonansi yang digunakan adalah bunyi vokal a dan i.
Penggunaan bunyi konsonan m, d, dan s terdapat dalam baris pertama dalam bait pertama dan kedua yaitu yang menyatakan bunyi seperti ini “mencintai mu dengan sederhana”. Lalu pada baris kedua pada bait pertama dan kedua terdapat kata “dengan”. Dan yang terakhir pada baris ketiga dalam bait pertama dan kedua terdapat kata “kepada”.
Penggunaan vokal a dan i terdapat pada baris pertama dalam bait pertama dan kedua yaitu berisi “aku ingin”.

2.      Lapis arti
Lapis arti (units of meaning) merupakan gabungan dari satuan yang terkecil hingga yang terbesar yang bergabung menjadi sebuah cerita. Dalam bait pertama puisi “aku ingin” karya Sapardi ini berisi mengenai tokoh aku yang sangat mencintai seseorang namun hanya dapat menunjukkannya secara sederhana, tidak berlebihan dan berseluk beluk.  Aku-Lirik ingin mencintai sesorang dengan cara yang tidak berlebihan, sedang dan secara tulus, apa adanya dan hanya untuk seseorang yang ia cintai.
Bait kedua berisi mengenai Dengan kata yang tak sempat diucapkan Kayu kepada api yang menjadikanya abu. Kata-kata ini memunculkan pengertian bahwa ‘Aku-lirik’ tidak sempat mungungkapkan perasaan cintanya kepada orang yang ia cintai. Hal ini diperjelas dengan kata kayu yang telah menjadi abu. Begitu juga dengan bait berikutnya = Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada. Bait ini mempunyai pengertian hampir sama dengan yang diatas. Yaitu tentang keterlambatan seseorang dalam mengungkapkan isi hatinya kepada orang yang ia cinta.
Kata-kata yang digunakan Sapardi Djoko Damono dalam puisi ini sederhana, tapi maknanya sangat dalam, dari beberapa kata yang menjadikan keyy wort adalah kata Aku ingin mencintai kamu dengan sederhana.

3.      Lapis dunia pengarang

Lapis ketiga berisi mengenai objek-objek yang dikemukakan dalam puisi, pelaku, latar, dan dunia pengarang. Objek-objek yang dikemukakan dalam puisi “aku ingin” karya Sapardi ini adalah awan dan hujan. Pelaku atau tokohnya adalah aku dan mu (kamu). Dunia pengarang adalah ceritanya, yang merupakan dunia yang diciptakan oleh si pengarang (Pradopo, 2012: 18).  Dunia pengarang dalam puisi ini adalah kata “mencintai” karena kata tersebut merupakan kata kerja sehingga terciptalah puisi tersebut.

4.      Lapis dunia implisit
Dalam puisi “aku ingin” karya sapardi ini terdapat kata “dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu” pada bait yang pertama memiliki makna implisit bahwa tokoh aku tidak sempat mengucapkan rasa cintanya sehingga cintanya sudah seperti abu karena tidak dinyatakan secepat mungkin.
Pada bait ke dua terdapat “dengan isyarat yang tak sempat disampaikan hujan kepada awan yang menjadikannya tiada” memiliki makna implisit bahwa tokoh aku terlambat menyampaikan rasa cintanya.



5.      Lapis Metatesis
Dalam puisi “aku ingin” karya sapardi ini menceritakan tentang pelaku pada tokoh aku yang mencintai seseorang namun tidak dapat mengucapkan ataupun menyampaikan rasa cintanya kepada seseorang tersebut. Dalam puisi tersebut jika dilihat dari kata “yang menjadikannya abu” dan “yang menjadikannya tiada” merupakan gambaran bahwa orang yang dicintai oleh tokoh aku telah menjadi milik orang lain.






BAB 4
Penutup
4.1 Kesimpulan
            Puisi merupakan suatu karya sastra dan telah menjadi media bagi seluruh masyarakat untuk menumpahkan dan mencurahkan perasaan, serta pikiran yang ada di hati mereka. Puisi dapat atau sering digunakan untuk menyampaikan atau berkomunikasi lewat media tulis untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Dalam puisi Aku ingin karya sapardi ini dapat di simpulkan bahwa Kata-kata yang digunakan Sapardi Djoko Damono dalam puisi ini sederhana, tapi maknanya sangat dalam, dari beberapa kata yang menjadikan keyy wort adalah kata Aku ingin mencintai kamu dengan sederhana.
4.2 Saran
            Untuk menganalisis suatu puisi bagi para pembaca diharapkan membaca tidak hanya satu buku saja mengenai teori Roman ingarden ini di karenakan untuk memperkuat hasil dari analisi yang di kita buat.





















Daftar Pustaka
Djoko Pradopo, Rahmat. 2012. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Tarigan, Henry Guntur. 1993. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar