Jumat, 14 Juli 2017

surat untuk ibu


Surat maaf untuk ibu
        Bu, untuk dua hari di bulan juni ini hujan terus jatuh silih berganti mengguyurku. Aku kuyup dan kaku berjalan kaki pulang dari tempat ku menjalani masa pendidikan. Tapi bukan itu yang ingin ku ceritakan. Bukan tentang hujan, panas, suhu, atau apapun yang memang kadang menumbangkan kekebalan tubuh ku.
        Tak usah ragu dan bingung mengapa aku mengatakan ini bu. Aku masih sama seperti anak mu yang kemarin, bedanya adalah kini aku tak memiliki kesanggupan lagi untuk menjalani beberapa hal yang memang kau damba. Kadang mata ku gelap menatap masa depan yang kata orang cerah.
        Seminggu bersama mu telah meluluhkan hari ku. Maaf untuk semua sikap dinginku terhadap mu, aku hanya baru mengerti bahwa semua manusia di dunia ini sama saja. Manusia tetaplah manusia dan kadang kita dapat melakukan kesalahan, dan aku merubah pikiran ku. Aku tidak bisa menjelaskan pada mu mengapa aku diam dan dingin terhadap mu, aku hanya sedih dan kecewa. Ku pikir dengan kembalinya ke rumah akan membuatku lebih nyaman namun nyatanya tidak ada suasana rumah yang sesunggahnya ku dapatkan.
        Surat ini ku tulis betapa kecewanya aku terhadap diri ku sendiri. Aku tidak bisa mengerti dunia ini, meskipun berkali-kali telah kau jelaskan. Semakin hari, semakin dunia menyemburkan racunnya pada ku. Aku tak bisa mengelak lagi, perlahan racun yang sama memasuki relung jiwaku, dan menjadi duri dalam daging.
        Yang ingin ku sampaikan adalah, maaf jika suatu saat nanti aku menyerah pada racun dunia. Kadang aku berpikir hidup sendiri lebih baik, sama seperti kisah pemburu pada karya sastra yang pernah ku baca. Ia mencari makan sendiri, membangun rumah sendiri, ia sungguh mandiri. Tapi yang menjadi kekhawatiran ku bukan tentang sendiri. Tapi tentang orang-orang yang telah meluluhkan hati ku untuk menyayangi mereka, sama seperti mu. Jiwaku mungkin dapat menerima kesendirian, tapi tidak dengan hatiku.
        Maaf bu, untuk beberapa hal memang tak bisa ku pertanggungjawabkan dan tak bisa ku pungkiri aku tak sanggup melawan. Aku ingin sekali menyerah saat ini juga. Tidak melewati ujian, tidak melanjutkan semester. Aku ingin sekali. Aku melarikan diri hanya untuk mewaraskan diriku kembali, dan memulangkan tenang jiwaku kembali. Aku sama sekali tidak butuh kata-kata bijak saat ini, karena aku tahu orang dewasa tidak mengerti apa yang ku rasa.
22 juni-12 juli 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar